Pages

Monday, February 4, 2013

8 alasan kegagalan Marketing

Planning


Banyak marketing plan yang gagal dilaksanakan, atau bahkan jika sudah dilaksanakan, hasilnya menjadi mengecewakan. Concept Low Cost High Impact yang diagung-agungkan akhirnya menjadi High Cost No Impact. Marketing Manager disalahkan, Pihak Agency atau pihak external yang membantu terkena getahnya. Bahkan tidak jarang terjadi pemecatan dan pergantian.

Tentu saja alasan kegagalan tersebut cukup banyak, tapi semuanya hanya akan menghasilkan sebuah kekosongan untuk jawaban yang tidak pasti.

Hal ini bisa saja terjadi di perusahaan skala kecil maupun skala besar, untuk menghindari kegagalan tersebut, berikut adalah beberapa alasan kegagalan sebuah marketing plan :

  1.  Menggunakan Asumsi
    Kesalahan paling dasar dan dosa terbesar adalah menggunakan ASUMSI baik sendiri maupun hanya berdasarkan kata beberapa orang. Tidak ada data yang jelas baik secara kuantitatif maupun kuantitatif. Tidak mengetahui Industry, Market, Segmentasi dan bahkan Competitor.

    Program yang dibuat hanya berdasarkan angan-angan dan kira-kira saja. Begitu dilaksanakan, sudah pasti gagal.
  2.  Salah sasaran dan fokus
    Karena menggunakan Asumsi, kebanyakan program marketing dibuat hanya karena ingin menyenangkan pihak tertentu, baik itu atasan maupun client demi sebuah perstige yang baik. Atasan, perusahaan tempat bekerja maupun pihak lainnya, terkadang tidak merepresentasikan sebuah market tertentu.
    Terlalu  Fokus ke “Brand Mission” dan juga “Product Superiority” justru cenderung hanya menghasilkan impact yang sedikit saja, karena tidak memperhatikan apa yang sebenarnya di inginkan oleh market dan opportunity yang ada.
  3. Over Promise
    Brand message yang disampaikan terlalu muluk, terlalu indah dilihat dan di dengar. Tapi kenyataanya belum tentu bisa ditepati. Misalnya  tagline sebuah customer service : kami siap 24/7 untuk melayani anda. Kenyataan adalah sabtu dan minggu libur.
  4. Over-bearing
    Kesalahan lainnya yang sering terjadi adalah overbearing, yaitu menjadi sombong atau terlalu berlebihan dalam mengerjakan segala hal.  Biasanya hal ini terjadi dalam skala perusahaan kecil menengah atau yang terlalu rakus sehingga tidak REALISTIK. Mereka mencoba untuk mengerjakan segala hal untuk mencapai semua pada saat yang bersamaan. Akibatnya adalah kelelahan, tidak fokus dan gagal serta saling menyalahkan.

    Sebaiknya setup saja beberapa goal dan biasanya 2-3 goal yang ingin dicapai dalam waktu tertentu, dan fokus terhadap goal tersebut. Dan Goal tersebut haruslah REALISTIC.
  5. Over-reaching
    Mencoba untuk mejadi segalanya, untuk semua-nya pada saat kapan saja. Idealisme yang tinggi dan sudah pasti gagal. Karena product anda dibeli oleh customer berdasarkan preferensi tertentu, kebutuhan tertentu dan segment yang berbeda-beda. Concept “One Size Fit All” sudah tidak berlaku lagi.

    Alangkah lebih bagusnya jika sudah mengetahui market mana yang dituju dan sesuai dengan Behaviour mereka.
  6. Terlalu General dan Samar-samar
    “Menjadi yang terbaik”, “Roti terbaik”, “yang paling di inginkan”, “memberi lebih” biasanya akan susah dilaksanakan dan “struggle to be actionable”. Alasannya mudah saja, bagaimana mengukur sebuah intangible goal?  Contoh yang lebih jelas :
    a.       Menjadi bank yang baik dalam 3 tahun mendatang
    b.
          Target 10% pelanggan baru dalam setiap quartal
    c.
           Menaikkan revenue pelanggan 10% dalam 1 tahun ini.
  7. No Ownership
    Marketing plan yang sudah dijalankan berhenti begitu saja. Iklan yang sudah di tayangkan, promosi yang sudah dilakukan tidak dilanjutkan lagi.  akibatnya pelanggan hilang, antusias berkurang, dan brand tenggelam dalam persaingan. Yang harus dilakukan adalah design dan rancang terus program marketing anda, jgn berhenti begitu saja. Karena marketing itu adalah kegiatan yang erat kaitannya dengan pelanggan dan berlaku seumur hidup.
  8. Berdasarkan Budget semata, bukan TUJUAN
    Program marketing yang dibuat berdasarkan budget, iya memang benar, dan harus seperti ini biasanya. Tapi yang paling penting adalah berdasarkan Tujuan bukan hanya Budget saja. Bila tau tujuan yang jelas seperti point yang telah disebutkan diatas, maka alokasi budget anda lebih terukur dan efektif. Dengan kata lain, Budget mengikuti Tujuan.
Untuk semua jenis perusahaan baik skala kecil maupun menengah di industry manapun, sebaiknya perhatikan dan fokus pada marketing plan yang dibuat, gunakan data dengan bijaksana, cari insight dan indepth yang bagus, Kenali market  dan segmentasi, berikan sesuai kebutuhan mereka. Jgn berdasarkan kepentingan pribadi perusahaan semata. Maka hasilnya akan sangat luar biasa.


Sudah siapkah merancang marketing Plan 2014 – 2020? Ini tantangan yang menarik untuk dibahas.